Konten [Tampil]
Siapa disini yang udah kangen Ramadhan?
Belum genap 2 minggu tapi udah rindu banget rasanya...Hari-harinya sama tapi suasana Ramadhan itu beda banget, rasanya tuh semangat terus...Semangat buat ibadah plus semangat ngerjain tugas domestik juga.
Nah, karena iman lagi mulai turun dan butuh recharge ilmu dan motivasi, sekalian aku tulis disini buat pemecut diri biar ga kendor ibadah lagi.
Saat Ramadhan kita sangat semangat buat membaca Al Quran, target minimal 1x Khatam, jadi berusaha gimana caranya 1 hari bisa 1 juz baca. Tapi setelah Lebaran jadi agak terlena dan merasa "kehabisan" waktu untuk tilawah Al Quran. Padahal Allah menurunkan Al Quran sebagai petunjuk hidup kita, tapi kenapa kita tidak semangat membacanya. Yuk biar semangat lagi coba kita refresh lagi bagaimana dahsyatnya keutamaan dari Al Qurannul karim.
Sejak 1200 tahun silam, ketika dunia belum mengenal komputer atau alat hitung sejenis, IMAM SYAFI'I telah mampu mendata JUMLAH masing-masing HURUF dalam AL-QURĀN secara detail dan tepat.
IMAM SYAFI'I dalam kitab Majmu al-Ulum wa Mathli’u an Nujum dan dikutip oleh Imam ibn ‘Arabi dalam mukaddimah al-Futuhuat al-Ilahiyah menyatakan jumlah huruf-huruf dalam Al Qur'an di susun sesuai dengan banyaknya :
- ا Alif : 48740 huruf,
- ل Lam : 33922 huruf,
- م Mim : 28922 huruf,
- ح Ha ’ : 26925 huruf,
- ي Ya’ : 25717 huruf,
- و Waw : 25506 huruf,
- ن Nun : 17000 huruf,
- لا Lam alif : 14707 huruf,
- ب Ba ’ : 11420 huruf,
- ث Tsa’ : 10480 huruf,
- ف Fa’ : 9813 huruf,
- ع ‘Ain : 9470 huruf,
- ق Qaf : 8099 huruf,
- ك Kaf : 8022 huruf,
- د Dal : 5998 huruf,
- س Sin : 5799 huruf,
- ذ Dzal : 4934 huruf,
- ه Ha : 4138 huruf,
- ج Jim : 3322 huruf,
- ص Shad : 2780 huruf,
- ر Ra ’ : 2206 huruf,
- ش Syin : 2115 huruf,
- ض Dhadl : 1822 huruf,
- ز Zai : 1680 huruf,
- خ Kha ’ : 1503 huruf,
- ت Ta’ : 1404 huruf,
- غ Ghain : 1229 huruf,
- ط Tha’ : 1204 huruf dan terakhir
- ظ Dza’ : 842 huruf.
Jika kita hitung, jumlah semua huruf dalam al-Quran sebanyak 1.027.000 huruf.
Coba bayangkan, setiap kali kita khatam Al-Quran, kita telah membaca lebih dari 1 juta huruf.
Jika,
1 huruf = 1 kebaikan
1 kebaikan = 10 pahala,
maka insyaAllah kira-kira 10 juta pahala bisa kita dapatkan dengan 1x khatam Al Quran.
Sayang sekali ya kalau kita lewatkan pahala sebanyak itu?
Selain itu, Al-Quran juga menjadi penolong kita di Alam Kubur.
Dari Sa’id bin Sulaim ra, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Tiada penolong yg lebih utama derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat daripada Al-Qur’an. Bukan nabi, bukan malaikat dan bukan pula yang lainnya.” (Abdul Malik bin Habib-Syarah Ihya).
Bazzar meriwayatkan dalam kitab La’aali Masnunah bahwa jika seseorang meninggal dunia, ketika orang - orang sibuk dgn kain kafan dan persiapan pengebumian di rumahnya, tiba -tiba seseorang yang sangat tampan berdiri di kepala mayat. Ketika kain kafan mulai dipakaikan, dia berada di antara dada dan kain kafan. Setelah dikuburkan dan orang-orang mulai meninggalkannya, datanglah 2 malaikat. Yaitu Malaikat Munkar dan Nakir yang berusaha memisahkan orang tampan itu dari mayat agar memudahkan tanya jawab.
Tetapi si tampan itu berkata: ”Ia adalah sahabat karibku. Dalam keadaan bagaimanapun aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian ditugaskan utk bertanya kepadanya, lakukanlah pekerjaan kalian. Aku tidak akan berpisah dari orang ini sehingga ia di masukkan ke dalam syurga.”
Lalu ia berpaling kepada sahabatnya dan berkata,”Aku adalah Al Quran yang terkadang kamu baca dengan suara keras dan terkadang dengan suara perlahan. Jangan khawatir setelah menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir ini, engkau tidak akan mengalami kesulitan.”
Setelah para malaikat itu selesai memberi pertanyaan, ia menghamparkan tempat tidur dan permadani sutera yang penuh dengan kasturi dari Mala’il A’la. (Himpunan Fadhilah Amal : 609)
Allahu Akbar, bergetar hati ini membacanya. Memantik semangat dalam diri untuk membuat jadwal khusus membaca Al Quran dalam keseharian kita.
Baca juga: Problem Solving by Quran
Itulah dahsyatnya membaca Al Quran, lalu bagaimana agar semangat ketakwaan saat Ramadhan tidak pudar?
Bisyr al-Hafi, seorang ulama shalih, suatu saat berkata, “Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal hak Allah, kecuali hanya pada bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya seorang disebut shalih ketika ia beribadah dan ber-mujahadah selama setahun penuh.”
Selama Ramadhan, kita sebagai umat muslim 'digembleng' untuk menahan hawa nafsu lapar, haus, amarah, dan nafsu lainnya sejak fajar hingga Maghrib. Kita pun secara otomatis terdorong untuk melakukan tilawah al-Quran dan qiyamul lail atau shalat tarawih, serta banyak bersedekah karena pahalanya yang berlipat ganda saat bulan Ramadhan. Semua itu bisa kita lakukan sembari mengerjakan aktivitas harian seperti biasa. Bahkan di sepuluh hari penghujung Ramadhan, kita sebagai kaum Muslim juga dianjurkan menghidupkan mesjid-mesjid untuk beritikaf, di antaranya untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar.
Tapi begitu Ramadhan berakhir, tak sedikit orang yang terlena dan melupakan kebiasaan-kebiasaan ibadah yang telah kita lakukan selama 30 hari di bulan Ramadhan.
Padahal, amal yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah keteguhan atau keistiqamahan.
#jleb banget ya rasanya...
Suatu ketika Nabi saw. dimintai nasihat oleh seorang sahabat. Beliau lalu bersabda:
قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ
Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah.” Kemudian beristiqamahlah! (HR Muslim).
Allah SWT menyebutkan besarnya keutamaan orang yang istiqamah dalam ketaatan:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِير
Beristiqamahlah kamu (di jalan yang benar), sebagaimana kamu diperintah, juga orang yang telah bertobat bersama kamu. Janganlah kalian melampaui batas! Sungguh Dia Maha melihat apa saja yang kalian kerjakan. (QS Hud [11]: 112).
Selanjutnya Allah SWT menjanjikan derajat yang agung bagi siapa saja di antara hamba-hamba-Nya yang bisa istiqamah:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sungguh orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah," lalu mereka beristiqamah, kepada mereka malaikat akan turun dengan mengatakan, "Janganlah kalian takut dan jangan pula merasa sedih. Bergembiralah dengan surga yang telah Allah janjikan kepada kalian." (QS al-Fushshilat [41]: 30)
Lalu bagaimana caranya merawat keistiqamahan?
Agar menjadi hamba yang senantiasa istiqamah dalam ketaatan, kaum Muslim perlu menghayati sejumlah hal.
Pertama, Mengingat kematian dan tempat kembali kepada Allah SWT.
Setiap Muslim mesti meyakinkan diri bahwa kehidupan ini fana. Kelak kita akan kembali kepada Allah SWT. Pada saat itu tak ada yang bisa menyelamatkan dirinya selain ketakwaan. Banyak ayat yang menyebutkan penyesalan manusia di akhirat karena melepaskan diri dari agama Allah SWT.
Di antaranya firman Allah SWT:
وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
(Alangkah ngerinya) jika engkau melihat orang-orang berdosa itu menundukkan kepala mereka di hadapan Tuhan mereka (seraya berkata), “Duhai Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar. Karena itu kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shalih. Sungguh kami adalah orang-orang yakin.” (QS as-Sajdah [32]: 12).
Baginda Rasulullah Shallallahu'alayhi wa salam mengingatkan bahwa kedudukan seseorang di hadapan Allah SWT justru ditentukan di penghujung kehidupan, bukan di awal:
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
Sungguh amal-amal itu ditentukan saat penutupan (akhir)-nya. (HR al-Bukhari).
Kedua, Menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai satu-satunya yang ditaati secara mutlak.
Sikap istiqamah bisa runtuh ketika manusia lebih memilih menaati pihak selain Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya. Padahal kelak pada Hari Akhir, orang-orang seperti itu akan menyesal. Mereka bahkan akan melaknat para pejabat, pimpinan dan raja yang dulu mereka taati di dunia.
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا
رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, "Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul."
Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).
Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar. (QS al-Ahzab [33]: 66-68).
Ketiga, Bersabar dalam ketaatan.
Istiqamah dalam ketaatan membutuhkan kesabaran. Sebabnya, orang yang istiqamah akan dihadapkan pada ragam ujian sampai ia menghadap Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja berkata, "Kami telah beriman," sementara mereka tidak diuji lagi?” (QS al-Ankabut [29]: 2).
Sabar yang diperlukan seorang hamba adalah sabar menghadapi musibah, sabar menjalankan ketaatan dan sabar menghadapi kemungkaran. Ketiga jenis kesabaran itulah yang mutlak diperlukan seorang Muslim dalam meniti keistiqamahan.
Pada masa sekarang, ketika umat Muslim ada dalam kemunduran, berpegang teguh pada Islam menghadapi ujian yang sangat berat. Tudingan radikal, fundamentalis, kaku, konservatif dll sering disematkan pada kaum Muslim yang sedang merawat keistiqamahan.
Dalam hal ini Baginda Nabi saw. memberikan motivasi bahwa kesabaran pada akhir zaman mendatangkan kebaikan yang amat besar:
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
Akan datang kepada manusia suatu zaman saat orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api. (HR at-Tirmidzi).
Keempat, Tetap beramal sekalipun hanya sedikit.
Amal yang paling Allah cintai adalah yang terus dilakukan meskipun sedikit. Nabi Shallallahu'alayhi wa salam bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَال إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ
Amalan yang paling Allah cintai adalah yang paling berkelanjutan meski hanya sedikit. (HR Muslim).
Itulah sedikit rangkuman dari bulettin Kaffah mengenai pentingnya keistiqamahan. Semoga bisa menjadi motivasi (khususnya untuk saya pribadi) untuk terus berusaha melanjutkan ibadah-ibadah saat bulan Ramadhan, karena keistiqomahan adalah buah yang harus diraih pasca Ramadhan.
Akhir kata, وَ السَّلَامُعَلَيْكُمُ
Subhanallah.... masyaallah terharu ih. Pengen rasanya ketika meninggalkan bumi ini di sambut seperti itu. Aamiin ya Allah.....
BalasHapusSemoga kita senantiasa istiqomah dan sabar dalam semua ujian di dunia ini.
Jazakallah mba atas remaindernya. Ngena bangetvdivhati aku.
Masha Allah.. makasih Mba udah sharing ini, semacam direminder lagi, saya udah mulai kendor lagi baca Qurannya, padahal tiap hari pelototin anak kalau malas ngaji, ckckckck.
BalasHapusPadahal lagi pahalanya masha Allaaaahh, sebagai penolong kita di alam kubur pula :)
Masyaa Allah ini godaannya luar biasa, atmosfer Ramadan sama bulan biasa tuh emang beda juga ya. semoga kita semua sebgaai umatuslim senantiasa diberikan kekuatan dan kemampuan agar selalu istiqomah. aamiin.
BalasHapusMasyaaAllah. Emang PR banget kalo kita memulai sesuatu yang baik itu, harus istiqomah. And this helps so much. Thank you!
BalasHapusmaasyaaallah kak kamu beneran deh menginspirasi sekali.. tulisanmu ini reminder buat rajin baca alquran
BalasHapusEmang vibe ramadhan itu beda. Pas udah ditinggal bulan ramadhan, mau rajin ibadah jadi susah banget😭. Padahal pas mau masuk bulan syawal udah berjanji sama diri buat minimal baca sehari 1 juz, tapi kenyataannya hmmm😌
BalasHapusKalau aku paling nggak mencoba membiasakan baca Alquran sesudah shalat dan dengerin/nonton kajian biar nggak lupa dengan kebiasaan saat puasa lalu 😊
BalasHapusMasya allah. Tulisannya sangat menginspirasi sekali kak dan mengingatkan kita untuk selalu membaca Al-Quran. Banyak hikmah yang didapatkan juga menjadikan kita tetap melafalkan Al-Quran di sela waktu kita walaupun bukan bulan ramadhan.
BalasHapusMasyaAllah... Makasih sudah di ingatkan mba. Kadang di kantor suka ke skip baca qurannya. Di rumah udah kecapekan hiks semoga jadi rajin baca Quran sekarang
BalasHapusMasyaaAllah makasih banyak sudah mengingatkan Mbak. Pengingat banget buat dsaya huhu. Padahal kemarin semangat2 eh sekarang malah kendor
BalasHapusSubhanallah
BalasHapusWalhamdulillah...
Merasa terharu dengan artikel ini
Baru pertama kali saya membaca tulisan teman tentang hurup dalam Al Qur'an sedetail ini. Lebih dari sejuta hirup yg kita ucap apabila khatam sekali. Duh jadi makin semangat deh odoz nya...
Subahanallah sister. Terimakasih sudah mengingatkan kami semua ya.
BalasHapusMemang setelah Ramadhan biasanya balik ke males malesan tadarusan. Padahal itu kebiasaan yang bagus kalau diteruskan
Mba, ini jadi mengingatkan diri ku lagi untuk lebih rajin membaca Al-quran..
BalasHapusMasya Allah .. what a really reminder Mbak. Betul banget. Selepas Ramadan biasanya mulai kendur nih :'')
BalasHapusDan setuju banget kematian adalah pengingat paling mujarab. :') speecless
Masyaallah, bagus banget sharingnya.
BalasHapusSungguh, tiap kali Ramadhan pergi rasanya ada yang hilang...semacam motivasi tambah longgar, futur meningkat. astaghfirullah.
Thanks for lovely reminder ya.
Bersabar dalam ketaatan. Ya Allah ini reminder banget. Jleb...jleb...jleb...Masih sering banget lalai dan kurang bersabaar. KEnapa semua terasa memuncak emosinya yaaa. PAdahal harusnya bisa mengelola diri dalam ketaatan. Bismillah belajar lagi. Trims remindernya mba.
BalasHapus