Dalam hitungan hari, bayi tomatku
akan genap berusia 3 tahun. Bersyukur dan juga haru rasanya, masa-masa krusial
sudah terlewati dan bersiap menjalani jenjang baru anak sebagai kid. Pastinya
akan ada tantangan baru yang tak kalah “seru”, tapi tak sabar juga mendapati
kejutan baru milestone tumbuh kembangmu Naak…
Aah, baru nulis opening aja dah mau mewek sendiri..
Ya begitulah ya Moms, kalau membahas
milestone anak tuh pasti jadi emosional sendiri. Maklum, 24jam x 7 hari selalu
bersama dalam segala situasi dan kondisi. Dan pada kesempatan ini akan sedikit
sharing apa yang telah kami lalui bersama sampai akhirnya Azka bisa minim tantrum
dan terbilang manis oleh sebagian orang. Karena yang ditampilkan di layar hanya
sisi indahnya saja (iya ga netizeen? :D)
Masya Allah Tabarakallah, nikmat dari
Allah Subhanahu wa ta’ala tentunya. Karena hati anak, Allah lah yang
menggenggamnya. Tapi terlepas dari itu, sudah sepatutnya bagi kita sebagai
orang tua untuk memberikan teladan dan
arahan agar anak bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.
Pada tulisan sebelumnya mengenai Pentingnya Membedakan Emosi dan Strategi dalam Perilaku Anak, kita jadi bisa
tau dan mampu membedakan mana tangisan atau amarah yang benar-benar suatu
luapan emosi atau hanyalah sebuah strategi. Jika itu hanya suatu strategi untuk
mendapatkan keinginannya, kita pun harus menghadapinya dengan strategi pula.
Karena jika asal menuruti kemauannya saja, maka anak akan menjadikan strategi
tersebut sebagai senjata untuk “memeras” kita.
Jangan dikira ini wujud kekejaman kita sebagai orang tua ya Moms, justru inilah wujud sayang kita agar anak bisa tumbuh dengan realistis dan tidak memaksakan keinginan. Cara kita menanggapi anak akan sangat berpengaruh pada sikap dan kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan sekitarnya.
Jadi jangan salah kaprah, alih-alih ingin menunjukan sayang
kita dengan menuruti semua keinginannya, tapi anak malah menjadi anak yang
egosentris dan pemarah di kemudian hari. Naudzubillah min dzalik…
Saat anak memasuki fase terrible
two, maka anak seringkali menjadi suka berkata “tidak” atau menolak ajakan kita. Anak memang sedang dalam tahap menunjukan ke'aku'annya. Tapi bukan
berarti sedang dalam masa seperti itu, kita jadi menuruti dan terus mengalah ya
Moms. Justru kita harus lebih aktif dalam mengarahkan dan memberi alternatif
agar kemampuan berpikir anak semakin berkembang. Ketahuan kita akan fase ini
sebagai modal untuk menghadapi anak dengan kepala dingin, minim marah atau
bahkan berbalik memaksa anak.
3 Cara Membuat Anak Setuju Tanpa Memaksa
Dari sebuah kulwap yang pernah
saya ikuti, dengan narasumber Pak Angga Setyawan, seorang founder @anakjugamanusia. Disebutkan oleh beliau bahwa secara alami, manusia hanya akan
melakukan apa yang ia suka (karena menurutnya itu enak) dan apa yang ia
butuhkan walau prosesnya tidak enak atau tidak menyenangkan.
Pada kasus anak-anak, secara umum mereka hanya melakukan apa yang mereka suka, karena mereka belum mengerti apa yang mereka butuhkan. Sehingga, jika kita mau anak melakukan apa yang kita maksud maka pilihannya Moms bisa lakukan 3 cara berikut yaa…
1. Buat anak terpikat
Seperti disebutkan sebelumnya,
bahwa anak-anak suka melakukan apa yang mereka anggap “enak” atau menyenangkan
bagi mereka. Oleh karena itu, buat anak terpikat dengan menunjukan atau
memamerkan “enaknya” hal yang kita maksudkan.
Seperti halnya iklan di televisi, kita tunjukkan ke anak semenarik mungkin hal atau sesuatu yang menyenangkan yang akan anak dapatkan. Caranya?
- Berikan teladan langsung ke anak
Kita tunjukan secara
langsung dengan memberi contoh di depan anak melakukan hal yang kita maksud dengan penuh
suka cita, seru dan juga enjoy.
Contohnya nih, kita sedang meminta anak untuk makan buah atau sayur. Kebanyakan anak toddler akan menolaknya kan Moms? Nah, kita bisa tunjukkan ke anak dengan makan sayur atau buah itu di hadapan anak sambil menceritakan nikmat atau segarnya buah yang kita makan di saat teriknya siang. Kita bisa berekspresi semaksimal mungkin untuk membuat anak tertarik.
- Bercerita dengan menggunakan buku atau tokoh yang disukai anak
Yang perlu ditekankan bukanlah mencerikan perlunya melakukan hal yang kita maksud, tetapi ceritakan
“enaknya” atau hal menyenangkan apa yang akan anak rasakan saat melakukan hal
tersebut. Contohnya, saat kita mengajak anak menggosok gigi, kalau kita
ceritakan manfaatnya agar gigi sehat dan bersih anak mungkin tidak akan peduli.
Tapi saat kita ceritakan anak bisa mencoba rasa pasta gigi yang kita berikan
atau anak bisa berkumur-kumur dengan air
yang kita siapkan (anak mana sih yang ga suka main air?) maka anak akan
berpikir ulang untuk mau mencoba menggosok giginya.
Beda cerita lagi
kalau kita menceritakan efek buruk dari tidak menggosok gigi, seperti kita
malah menakut-nakuti anak kalau tidak sikat gigi nanti giginya akan sakit dan
harus ke dokter. Hal ini justru membuat anak takut dengan dokter gigi dan kita
pun akan kesulitan sendiri saat jadwal kontrol gigi anak.
2. Buat
anak bersepakat
Untuk membuat anak bersepakat,
kita pun perlu memberikan tawaran kepada anak supaya ia setuju melakukan hal
yang kita maksud. Cara ini lebih cocok untuk anak usia di atas 3 tahun, dimana
anak sudah mampu bernegosiasi. Tapi cara ini sudah saya lakukan saat anak mulai usia 2 tahun. Mungkin bisa dibilang ini penawaran yang bersyarat, dimana saat
mainan mulai berantakan seperti kapal pecah dan sudah waktunya anak untuk tidy up, saya
pun tidak langsung serta merta meminta anak membereskan (karena sudah pasti
anak akan menolak). Jadi saya langsung berikan tawaran cemilan ke anak,
tapi syaratnya anak harus merapikan mainannya dulu. Nah, kalau sudah beres baru
deh saya kasih cemilan yang anak minta dan dilanjut waktu tidur siangnya. Jadi waktu anak bobo kita tidak perlu beres-beres mainan lagi dan anak juga sudah belajar bertanggung jawab akan mainannya.
Dalam membuat anak bersepakat ada
teknik yang perlu diperhatikan dengan seksama, karena beda penyampaian akan
beda efeknya. Saat kita menyebutkan syaratnya terlebih dahulu, baru menawarkan 'benefit' yang didapatkan anak. Maka sama halnya kita mengajarkan ke anak untuk
melakukan sesuatu dengan iming-iming reward, jadi anak akan terbiasa melakukan
hal yang kita minta kalau ada upahnya.
Baca juga: Efektifkah Pemmberian Reward and Punishment
Beda halnya saat kita menawarkan hal yang dianggap enak oleh anak terlebih dahulu, baru kita berikan syarat yang kita maksud, secara tidak langsung kita mengajarkan konsep “usaha/daya juang” kepada anak. Jadi, kita mulai bangun mental anak yang tough dan juga peduli akan kepentingan orang lain yang ada di sekitarnya.
3. Biarkan anak yang memilih
Nah, kalau cara ini biasanya
berlaku saat cara 1 dan 2 sudah tidak berhasil kita takhlukan ke anak. Karena pada
dasarnya setiap anak punya sikap masing-masing dalam merespon cara kita. Dan inilah cara pamungkas saat anak benar-benar sudah tidak bisa terbujuk rayu atau
tidak mau diajak bernegosiasi.
Saat anak sudah benar-benar tidak
terpikat atau bersepakat dengan hal menyenangkan yang kita tawarkan dan kekeuh
tidak mau mengikuti apa yang kita maksud. Kita bisa memberikan pilihan yang
mungkin sama-sama tidak enak menurut anak.
Misal, saat anak menolak kita
ajak mandi padahal kita sudah menceritakan enaknya mandi nanti bisa main air dan
bikin gelembung sabun. Kita bisa meminta anak untuk memilih “mau dimandikan sekarang
atau nanti mandi sendiri dan hari sudah gelap?”
Biarkan anak berpikir sejenak,
jika anak tetap menolak dan tidak mau memilih, maka konfirmasi ke anak kita
yang pilihkan langsung karena anak tidak mau memilih. Lakukan tanpa emosi dan
jika anak berontak maka kita harus tetap konsekuen dan melakukan pilihan kita
tanpa amarah, walaupun anak akan menangis atau berontak marah berteriak-teriak.
Dari cara ini, anak akan belajar di kemudian hari kalau dia tidak memilih maka orang lain yang akan menentukan walaupun pilihannya sama-sama tidak enak. Tidak sedikit orang dewasa yang masih kesulitan dalam mengambil keputusan sebab pilihannya serba tidak enak. Selain itu, anak akan belajar bernegosiasi menentukan pilihannya sendiri.
Manfaat Membuat Anak Setuju Tanpa Memaksa
Dari ke-3 cara diatas, banyak manfaat yang akan kita peroleh baik dari sisi orang tua maupun dalam perkembangan kemampuan anak:
- Kita tidak terjebak adu menang dengan anak, yang bisa beresiko anak akan menjadi pembangkang atau justru melawan kita
- Kelak anak akan mampu mengambil keputusan sendiri karena sudah terbiasa kita berikan pilihan, tidak melulu menurut apa yang kita maksud sehingga anak menjadi pribadi yang berpendirian kuat dan tidak ragu-ragu
- Anak mampu berpikir kritis dan belajar mengembangkan kemampuannya dalam bernegosiasi dan mampu mempertimbangkan konsekuensi atas apa yang ia lakukan
- Kita jadi lebih mudah dan paham kemampuan dan kesukaan anak sehingga kita bisa memberikan pilihan-pilihan yang tepat agar anak melakukan yang kita maksud
- Kita menjadi minim stress karena menemukan cara win-win solution sebelum menerima penolakan dari anak
Lakukan sedikit demi sedikit namun konsisten, maka hasilnya akan bisa kita nikmati hingga kita menua nanti. Aamiin, aamiin, aamiin... insya Allah
MasyaAllah Tabarokallah... Semoga mom, anaknya, dan sekeluarga semua sehat2 selalu ya mom..
BalasHapusPenting banget memang ya belajar parenting seperti ini. Apalagi kehidupan anak sekarang kalau gak bener2 diperhatikan waduh entah akan jadi seperti apa
Menjadi orang tua memang harus sabar menghadapi anak ya mbak. Bukan memaksa tapi lebih mengajak. Semoga anak-anak kita bisa menjadi anak soleh-soleha, dan kita pun menjadi prang tua yang sebaik-baiknya :)
BalasHapusAku paling sering pakai cara kasih pilihan itu karena pernah baca, walaupun kadang juga bingung kasih pilihannya ketika ada situasi yang kurang mendukung, hehe. Kalau soal kasih teladan, sebetulnya sih ya dijalanin juga, tapi seringnya nggak terlalu mikir bahwa itu tujuannya biar ditiru oleh anak, padahal kalau diniatkan untuk kasih contoh bisa lebih baik ya.
BalasHapusberkomunikasi dengan anak itu emang ada seni nya ya. salah langkah bisa ambyaar danperkembangan psikologis mereka jadi taruhannya. but most of all, kewarasan ortu above all, emak yang sehat secara mental pasti sabar dan ikhlas melancarkan 1001 cara berkomunikasi dengan anak
BalasHapusBener banget mom eka. Yang penting orangtuanya dulu ya harus berbenah dalam cara berkomunikasi.
HapusUsia anak saya sudah tujuh tahun. Tapi kalau soal memberikan pilihan, sampai sekarang masih tetap saya lakukan lho. Iya namanya juga anak anak ya. Sukanya emang yang enak enak. Ngerjain pr susah sekali akhirnya saya kasih pilihan mau sekarang atau nanti? Jam berapa sanggupnya? Dan waktu yg telah disepakati tetap disiplin ia harus mengerjakannya. Masih susah karena harus segala disuruh dulu. Tapi ya dijalani saja ya. Hehehe
BalasHapusmakasi ya kak buat tipsnya, alhamdulillah pola parenting aku ke anak semata wayang so far masih bisa berjalan lancar karena aku membiasakan anak lanangku bisa memilih apa yang dia mau namun tentu ada risiko tanggung jawab dibaliknya, dan membiasakan untuk berdiskusi ketika ada hal yang aku ingin terapkan padanya
BalasHapusSetuju bgt bagian akhir buat pilihaan dan biarkan sang anak memilih😆, karena menurut aku dgn kita memberikan pilihan dan bernegoisasi anak akan mengerti bahwa ada dampak yg bisa diambil ttg pilihannya
BalasHapus3 jurus ampuh nih. Aku juga suka melakukan 3 hal ini. Bikin anak terpikat dulu yang penting.
BalasHapusPoin kedua nih biasanya sering saya lakukan, jadi misal anak mau lihat TV saya buat perjanjian dulu kalau nanti TV harus mati tepat jam 8. Dan Alhamdulillah anak saya mau karena sudah ada perjanjian
BalasHapusjleb banget sama point no 3. kadang walaupun blm jd org tua aja kita suka ngasih keputusan2 secara sepihak (pas ajak main ponakan 😓😓😓😓)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusWmnginjak usia 3 emang begitu ya mb... Anakku juga pas usia segitu kudu pinter2 buat ngajak kesesuatu misalnya. Kadang yes banyakan no no no😂 prinsip reward itu berhasil di aku, hingga sekarang tanpa drama lagi.
BalasHapusSeneng baca parenting seperti ini, jadi bisa mempersiapkan diri pas berkeluarga nanti. Tapi kayaknya easier said than done ya, insyaallah bisa, aamiin
BalasHapusWalau belum berumah tangga dan belum memiliki anak, tapi aku paling suka membaca dan menyimak tentang ilmu parenting. Karena di jaman sekarang ini, masih banyak orang tua yang di cap orang tua yang galak oleh anaknya. Karena orang tuanya sering membentaknya dan sering memarahinya. Dengan membaca atau menyimak ilmu tentang parenting, setidaknya bisa menambah ilmu baru. Dan nanti tinggal di terapkan.
BalasHapusWohoo PR ku nambah lagi nih soal komunikasi yang baik sama anak. Tapi emang bener harus dicontohin dan bikin si anak kagum gitu baru deh bakal ngikut dengan sendirinya tanpa disuruh. Semoga bisa nerapin nanti ke anak-anakku kelak.
BalasHapusMasyaallah reminder banget buatku ini mbak. Buat kesepakatan dan disepakati kedua belah ihak. KAdan hal itu suka luput dari kami sebagai orangtua. Padahal itu salah satu kunci ya. Dan semua bisa di komunikasikan dengan cara yang lebih baik lagi.
BalasHapusBismillah, makasih banget tipsnya ya. Saya biasanya kasih pilihan, tapi emang agak2 diarahkan gitu, hahahaa.
BalasHapusAlhamdulillah jadi punya bekal kelak kalau ada anak yang merengek nolak. Harus belajar ngatasinnya begini. Walaupun nangis biar brati ya kak. Bismillah
BalasHapusNice sharing, mbak.. AKu jadi bisa tahu loh, bisa buat bekal kalo nanti aku punya anak nih :))
BalasHapusNah aku juga pake 3 tips ini nih mba untuk make a deal sama si baby boy kesayanganku tuh, anak jaman sekarang memang lebih kritis pola pikirnya dibanding kita dulu, pola parenting pun harus beradaptasi
BalasHapusJadi inget ponakan. Sekarang lagi suka-sukanya bilang engga untuk apapun. Mau coba praktikkan tips ini deh mba..
BalasHapusJadi menyadarkan pada orang tua, biasanya maksa anak sesuatu tanpa mengajak anak untuk memilih dan berdiskusi. Semoga bisa jadi orang tua yang lebih baik ya mba walaupun penerapannya pasti tidak mudah
BalasHapus