Konten [Tampil]
Stigma penyakit kusta dalam masyarakat masih saja membayangi para penderita maupun penyintas penyakit kusta. Tak sedikit pula yang mengalami diskriminasi atas penyakit yang mereka derita. Akibatnya mereka yang sedang berjuang untuk sembuh, tidak hanya menderita fisik, tetapi juga psikis.
Sudah seharusnya kita sadari, bahwa para penderita atau pun penyintas kusta, mempunyai hak yang sama untuk diterima dengan baik dalam masyarakat. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa penyakit kusta ini sudah benar-benar bisa disembuhkan. Berbeda dengan kasus-kasus di era tahun 80an, dimana pengobatan penyakit kusta masih sangat minim.
Perlu digarisbawahi, bahwa penyakit kusta yang terkenal menular ini ternyata proses penularannya sangat lama tidak seperti corona, TBC, atau penyakit yang cepat menular lainnya. Oleh karena itu, NLR bersama KBR Indonesia terus menggalakan program atau kampanye untuk mengedukasi masyarakat secara luas untuk menepis stigma dan juga diskriminasi penyakit kusta.
Hal tersebut dilakukan demi tercapainya Eliminasi Penyakit Kusta 2024 di Indonesia. Bukan kali pertama Ruang publik KBR Indonesia bekerja sama dengan NLR Indonesia mengadakan talkshow yang membahas penyakit kusta. Sebelumnya saya pun pernah mengikuti live streaming yang membahas tentang Peran Dokter dalam Menangani Kusta di Tengah Pandemi.
Bertepatan dengan Hari Kusta Sedunia, pada setiap pekan terakhir bulan Januari. Pada tanggal 26 Januari lalu, KBR Indonesia bersama NLR kembali menggelar talkshow dengan tema “Tolak Stigma, Bukan Orangnya!”. Dengan menghadirkan dua narasumber, yaitu:
- dr. Astri Ferdiana - Technical Advisor NLR Indonesia
- Al Qadri - Wakil Ketua Perhimpunan Mandiri Kusta Nasionl yang juga merupakan Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)
Nah, yang ingin menyimak siaran ulang talkshow tersebut bisa langsung mampir ke chanel Youtube Berita KBR atau cukup baca artikel ini hingga akhir ya. Bersama para member 1 minggu 1 cerita, saya sangat antusias mengikuti talkshow ini hingga akhir. Tidak hanya memberi wawasan, tapi juga menyadarkan kita bagaimana seharusnya menyikapi penyakit kronis satu ini.
KASUS PENYAKIT KUSTA DI INDONESIA
Sebelum membahas lebih jauh, perlu kita satupadankan terlebih dahulu apa itu penyakit kusta. Menurut dr. Astri Ferdiana,Penyakit kusta merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan bakteri yang menyerang kulit dan syaraf tepi. Meski termasuk penyakit menular, tetapi proses penularannya membutuhkan waktu yang lama. Penyakit ini harus segera diobati karena jika terlambat mendapat pengobatan bisa menyebabkan kecacatan pada beberapa organ tubuh seperti mata, jari tangan, dan jari kaki.
Beliau pun melanjutkan dengan memberikan penjelasan mengenai gejala atau tanda-tanda seseorang terkena penyakit kusta. Diantaranya adalah:
- Ada bercak putih atau kemerahan pada kulit seperti panu
- Tidak terasa gatal, nyeri, atau bersisik
- Mati rasa sehingga saat kulit terluka tidak terasa sakit
Adanya stigma yang terus menghantui para penderita kusta, membuat mereka menjadi enggan untuk memeriksakan diri dan mendapat pengobatan yang semestinya. Akibatnya kasus penularan kusta masih terus terjadi dan kasus disabilitas akibat kusta semakin tinggi juga.
DISKRIMINASI YANG DIALAMI PENYINTAS KUSTA
Menurut Bapak Al Qadri yang merupakan penyintas kusta yang terjangkit penyakit ini saat berusia 6 tahun. Beliau merasakan betul diskriminasi di saat usia yang seharusnya bisa bebas bermain dengan teman-teman, tetapi harus merasakan dijauhi dan dikucilkan akibat penyakit yang dideritanya. Bahkan beliau pun terpaksa berhenti dari bangku sekolah.Bapak Al Qadri bercerita bagaimana sulitnya mendapatkan pengobatan di era 70an. Hingga akhirnya pada tahun 1989, beliau bertemu dengan penyintas kusta yang mau membantu proses pengobatan hingga sembuh. Namun saat itu kondisi Bapak Qadri sudah semakin buruk, dimana jari-jarinya ada yang buntung. Meski kini telah sembuh, beliau harus menanggung cacat pada jari tangannya.
Namun hal itu tidak menyurutkan semangat dan produktifitasnya. Meski sudah sembuh beliau masih terus berperan aktif untuk membantu memberantas penyakit kusta. dr.Astri pun menambahkan, beberapa bentuk diskriminasi yang dialami oleh para penderita maupun orang yang pernah mengalami penyakit kusta.
Namun hal itu tidak menyurutkan semangat dan produktifitasnya. Meski sudah sembuh beliau masih terus berperan aktif untuk membantu memberantas penyakit kusta. dr.Astri pun menambahkan, beberapa bentuk diskriminasi yang dialami oleh para penderita maupun orang yang pernah mengalami penyakit kusta.
- Tidak diterima di bangku sekolah maupun pekerjaan
- Dikucilkan dan dijauhi dari masyarakat
- Sulit mendapat tempat tinggal
- Sulit mendapat pasangan hidup karena sering ditolak
PENCEGAHAN DAN LANGKAH UNTUK MENGHAPUS STIGMA PENYAKIT KUSTA
Bapak Qadri menyampaikan dengan tegas, bahwaPenyakit kusta tidak membahayakan orang di sekitarnya. Hanya 2% orang yang bisa tertular yang mana mempunyai imunitas yang tidak bagus.
Beliau tinggal dengan 3 adik sejak kecil dan tidak ada yang tertular dengan penyakitnya meski tinggal dan makan bersama di rumah. Bahkan beliau dikarunia 2 anak yang kini telah dewasa dan tidak terjangkit kusta meski istri beliau pun juga penyintas yang telah diamputasi kakinya.
Meski demikian, pencegahan pun bisa dilakukan agar penularan penyakit kusta ini bisa terhenti. Seperti yang dijelaskan oleh dr. Astri, pencegahan penyakit kusta antara lain:
- Dengan melakukan deteksi dini, jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala atau tanda-tanda kusta harus segera melakukan pemeriksaaan dan menjalani pengobatan lengkap hingga tuntas
- Tersedia obat pencegahan yang hanya diminum satu kali yang diberikan kepada orang-orang kontak dekat dengan penderita kusta. Obat ini pun dibedakan untuk anak dan usia 15 tahun ke atas
- Meningkatkan imunitas tubuh
NLR merupakan satu-satunya lembaga yang fokus pada eliminasi kusta yang bekerja sama dengan dinas kesehatan, kementrian kesehatan, dan organisasi penyintas kusta. Beberapa langkah komprehensif dan konsisten yang dilakukan NLR Indonesia untuk menghapus stigma dan diskriminasi terkait kusta.
- Peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat ke berbagai lapisan dan sektor, mulai dari tenaga kesehatan hingga stakeholder
- Mengadakan kampanye dan pelatihan melalui berbagai talkshow dan juga media lainnya dengan target lintas sektor
- Melakukan advokasi pimpinan daerah di beberapa provinsi dan kabupaten untuk memperhatikan penyakit kusta di darahnya
Kalau denger pak Al Qodri cerita tentang diskriminasinya, ikut nyesek ya. Pada jaman semono apalagi kusta belum banyak edukasinya. Akses ngapa2in susah, keluarganya juga ena stigma :( bersyukur skg turut menggaungkan anti diskriminasi terhadap OYPMK biar pada tau kalau mereka bisa sembuh dan gak menularkan lagi saat sdh berobat :)
BalasHapusMiris juga ya rupanya masih banyak yang terkena penyakit kusta ini. Aku kira penyakit ini sudah lama musnah. Rupanya masih ada jejaknya meski tidak terlalu signifikan.
BalasHapusSemoga dengan seringnya edukasi dari KBR dan NLR Indonesia, semakin mengedukasi masyarakat agar kusta bisa ditangani dengan baik. Dan, tentu saja penderitanya juga tidak perlu lagi mengalami stigma sosial.
Sejak ikutan webinar ini tuh jadi tercerahkan kalau kusta tuh nggak begitu aja menular butuh interakasi langsung dalam waktu lama. Butuh banget sih edukasi ini agar orang juga lebih menerima apalagi jika sudah dalam pengobatan.
BalasHapusBetul nih, Mbak. Saatnya kita bersama mengambil peran untuk meminimalisir dan membuat Indonesia Sehat dan Bebas Kusta .
BalasHapus