Konten [Tampil]
Cara Membentuk Karakter Anak Sholeh pasti menjadi hal yang penting bagi para orang tua. Karena sejatinya, setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh agar sukses dunia dan juga akhirat. Untuk mewujudkannya tentu dibutuhkan banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh para orang tua.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa ada tiga amalan yang tidak akan terputus ketika seseorang telah meninggal dunia. Pertama, ilmu yang bermanfaat. Kedua, sedekah jariyah. Lalu yang terakhir, doa anak yang sholeh yang menjadi kabar gembira dan juga penyemangat bagi para orang tua yang diberi titipan anak. Tentu kita tidak ingin menyia-nyiakan begitu saja bukan?
Oleh karena itu, sebisa mungkin kita terus berupaya dan berusaha untuk bisa menjadikan anak-anak kita menjadi anak yang sholeh. Tidak semata untuk mendapat doa ketika kita sudah tiada. Namun juga untuk bekal atau tabungan amal kita saat hari perhitungan kelak.
Sebagaimana firman Allah dalam QS At-Tahrim ayat 6:
Anak sholeh atau sholehah adalah anak yang taat dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah dari Allah dan juga menjadikan Rasulullah sebagai teladan. Satu gambaran yang bisa mewakili berbagai karakter positif lainnya yang diharapkan ada dalam diri anak. Karena setiap perintah Allah dan juga sunatullah pastinya adalah suatu kebaikan.
Contoh karakter-karakter positif di atas hanya sebagian kecil saja. Masih banyak karakter positif lain yang sama pentingnya. Karakter-karakter tersebut bisa terbentuk dalam diri anak bukan dengan sendirinya. Peran orang tua sangat penting agar anak bisa tumbuh dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat.
Pepatah mengatakan, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” itu benar adanya. Oleh karena itu, peran orang tua sangat berpengaruh penting dalam menumbuhkan keimanan dalam diri anak. Dalam sebuah hadits menyebutkan,
Satu hal yang perlu digarisbawahi, bahwa untuk mendidik anak menjadi anak yang sholeh dibutuhkan peran kedua orang tua yang saling bersinergi bersama. Tidak bisa salah satu pihak saja.
Namun akibat perkembangan jaman dan pengaruh budaya barat, timbulah stigma bahwa Ayah hanya berperan mencari nafkah saja. Sehingga peran Ibu lah yang bertanggung jawab penuh atas pendidikan dan perkembangan anak. Padahal peran Ayah dalam mendidik anak justru lebih utama sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat Al-Quran.
Oleh karena itu, perlu dikomunikasi dan didiskusikan bersama pasangan tentang visi misi keluarga. Hal-hal apa saja yang perlu diterapkan dan diajarkan ke anak. Semua akan lebih terarah dan terkontrol jika sudah dirumuskan terlebih dahulu secara bersama. Ibarat kata, Ayah itu Kepala Sekolah dan Ibu adalah guru atau pengajarnya.
Sejak perencanaan kehadiran buah hati, sebagai pasangan suami istri bisa mempersiapkan calon buah hati dengan cara-cara yang diajarkan dalam Islam. Seperti membaca doa sebelum berhubungan suami istri. Dan ketika sudah mengandung, orang tua bisa memperdengarkan ayat-ayat Al-Quran ke janin dalam kandungan.
Setelah bayi lahir dan tumbuh semakin aktif, kita bisa mengajarkan dan menumbuhkan keimanannya. Dalam artikel sebelumnya, saya pernah membahas lengkap cara mendidik bayi ala Rasulullah. Jadi pada artikel ini kita akan fokus pada cara membentuk karakter anak saja ya. Bagaimana caranya?
Sikap yang tidak sengaja atau tidak terkontrol itu, secara tidak langsung memberikan input yang tidak layak untuk anak-anak. Jika dilakukan secara terus menerus, dikhawatirkan kesalahan komunikasi ke anak bisa menimbulkan innerchild. Tentunya ini bisa berpengaruh pada karakter anak kita kelak.
Jadi apa yang kita lakukan, kebiasan kita sehari-hari bersama anak akan terekam dan bisa ditiru anak. Daripada kita hanya menasehati dan meminta anak untuk begini dan begitu, akan lebih efektif jika kita mencontohkan secara langsung.
Banyak para pakar parenting yang sudah mengakui, bahwa Al-Quran memberikan dampak yang luar biasa bagi kecerdasan anak yang selalu diperdengarkan Al-Quran selama masa kandungan. Setelah anak lahir pun, kita bisa terus mendekatkan anak pada Al-Quran.
Caranya pun berbagai macam dan bisa disesuaikan dengan usia dan kemampuan si Kecil. Seperti kita mengaji dan menghafal ayat-ayat Al-Quran di depan anak. Sampai mengajak anak bermain dengan mentadaburi ayat-ayat Al-Quran.
Oleh karena itu, sebisa mungkin kita terus berupaya dan berusaha untuk bisa menjadikan anak-anak kita menjadi anak yang sholeh. Tidak semata untuk mendapat doa ketika kita sudah tiada. Namun juga untuk bekal atau tabungan amal kita saat hari perhitungan kelak.
Sebagaimana firman Allah dalam QS At-Tahrim ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Karakter-karakter yang perlu dibangun pada Anak
Anak sholeh kerap sekali kita jadikan suatu doa yang kita panjatkan untuk anak-anak kita bahkan sering kita ucapkan untuk mendoakan anak lain. Anak sholeh atau sholeha bagaikan jawaban lengkap atas karakter anak yang kita harapkan. Lalu seperti apa sih anak sholeh atau sholeha itu sendiri?Anak sholeh atau sholehah adalah anak yang taat dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah dari Allah dan juga menjadikan Rasulullah sebagai teladan. Satu gambaran yang bisa mewakili berbagai karakter positif lainnya yang diharapkan ada dalam diri anak. Karena setiap perintah Allah dan juga sunatullah pastinya adalah suatu kebaikan.
Contoh karakter-karakter positif di atas hanya sebagian kecil saja. Masih banyak karakter positif lain yang sama pentingnya. Karakter-karakter tersebut bisa terbentuk dalam diri anak bukan dengan sendirinya. Peran orang tua sangat penting agar anak bisa tumbuh dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat.
Peran Orang Tua dalam Membangun Karakter Anak Sholeh
Mempunyai anak sholeh bukanlah hal yang instan, ujug-ujug jadi dalam sekejap seperti halnya mie instan dalam cup. Selain doa, dibutuhkan pula usaha dan ikhtiar dari para orang tua dengan proses yang tidak singkat. Usaha tersebut bahkan dimulai semenjak kita mencari pasangan hidup.Pepatah mengatakan, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” itu benar adanya. Oleh karena itu, peran orang tua sangat berpengaruh penting dalam menumbuhkan keimanan dalam diri anak. Dalam sebuah hadits menyebutkan,
“Setiap anak dilahirkan di atas fitrahnya. Kedua orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi, majusi, atau Nasrani.”
Pada dasarnya anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (sebagaimana seharusnya). Dalam diri anak sudah tertanam bibit-bibit kebaikan. Tugas kita lah sebagai orang tua yang berperan aktif untuk menumbuhkan bibit-bibit kebaikan tersebut. Dibutuhkan komitmen yang berkelanjutan dalam mendidik anak, memperbaiki kesalahan dan membiasakan anak dalam berbuat kebaikan.
Satu hal yang perlu digarisbawahi, bahwa untuk mendidik anak menjadi anak yang sholeh dibutuhkan peran kedua orang tua yang saling bersinergi bersama. Tidak bisa salah satu pihak saja.
Namun akibat perkembangan jaman dan pengaruh budaya barat, timbulah stigma bahwa Ayah hanya berperan mencari nafkah saja. Sehingga peran Ibu lah yang bertanggung jawab penuh atas pendidikan dan perkembangan anak. Padahal peran Ayah dalam mendidik anak justru lebih utama sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat Al-Quran.
Oleh karena itu, perlu dikomunikasi dan didiskusikan bersama pasangan tentang visi misi keluarga. Hal-hal apa saja yang perlu diterapkan dan diajarkan ke anak. Semua akan lebih terarah dan terkontrol jika sudah dirumuskan terlebih dahulu secara bersama. Ibarat kata, Ayah itu Kepala Sekolah dan Ibu adalah guru atau pengajarnya.
Sejak perencanaan kehadiran buah hati, sebagai pasangan suami istri bisa mempersiapkan calon buah hati dengan cara-cara yang diajarkan dalam Islam. Seperti membaca doa sebelum berhubungan suami istri. Dan ketika sudah mengandung, orang tua bisa memperdengarkan ayat-ayat Al-Quran ke janin dalam kandungan.
Setelah bayi lahir dan tumbuh semakin aktif, kita bisa mengajarkan dan menumbuhkan keimanannya. Dalam artikel sebelumnya, saya pernah membahas lengkap cara mendidik bayi ala Rasulullah. Jadi pada artikel ini kita akan fokus pada cara membentuk karakter anak saja ya. Bagaimana caranya?
5 Cara Membentuk Karakter Anak Sholeh Sedini Mungkin
1. Tawakal kepada Allah
Sebelum kita memulai berbagai macam usaha, baiknya kita awali dengan doa dan memohon kepada Allah. The power of doa ini tidak ada tandingannya. Terlebih lagi doa seorang Ibu untuk anak-anaknya. Jangan pernah lelah maupun merasa bosan untuk terus mendoakan putra-putri kita. Bahkan sejak mengandung kita sudah bisa berdoa memohon kebaikan untuk anak kita.2. Perbaiki Diri sebagai Orang Tua
Terkadang kita sebagai orang tua masih terlupa atau tidak sengaja dan kurang menyadari bahwa kita punya potensi besar memberikan input yang masih kurang baik. Efek banyaknya pekerjaan, kelelahan, banyak pikiran, atau “belum tau ilmunya” akhirnya memberikan perlakuan yang tidak semestinya ke anak.Sikap yang tidak sengaja atau tidak terkontrol itu, secara tidak langsung memberikan input yang tidak layak untuk anak-anak. Jika dilakukan secara terus menerus, dikhawatirkan kesalahan komunikasi ke anak bisa menimbulkan innerchild. Tentunya ini bisa berpengaruh pada karakter anak kita kelak.
Jadi apa yang kita lakukan, kebiasan kita sehari-hari bersama anak akan terekam dan bisa ditiru anak. Daripada kita hanya menasehati dan meminta anak untuk begini dan begitu, akan lebih efektif jika kita mencontohkan secara langsung.
3. Memberikan Keteladanan
Anak akan meniru dan melakukan apa yang dilihatnya daripada apa yang didengarnya. Daripada lelah ngomel menasehari panjang lebar, lebih baik berikan contoh secara langsung. Tunjukan secara konsisten setiap harinya hal-hal yang ingin kita ajarkan ke anak. Lama kelamaan anak akan meniru dan menjadi habits hingga dia dewasa.4. Penuhi Tanki Cinta Anak
Menurut beberapa buku dan juga kelas parenting yang pernah saya ikuti, ada 3 fase dalam mendidik anak.- 0-6 tahun, didik anak dengan penuh cinta
- 7-14 tahun, fase pendisiplinan anak
- 15 tahun ke atas, fase pendampingan dimana jadikan anak sebagai sahabat
5. Kenalkan Anak pada Al-Quran
Al Quran sebagai petunjuk dan obat segala permasalahan kehidupan manusia, sudah seharusnya kita kenalkan pada anak-anak sedini mungkin. Seperti yang sudah dibahas di awal tadi, kita bisa memperdengarkan janin kita pada ayat-ayat Al Quran. Baik kita lantunkan secara langsung, maupun melalui murotal.Banyak para pakar parenting yang sudah mengakui, bahwa Al-Quran memberikan dampak yang luar biasa bagi kecerdasan anak yang selalu diperdengarkan Al-Quran selama masa kandungan. Setelah anak lahir pun, kita bisa terus mendekatkan anak pada Al-Quran.
Caranya pun berbagai macam dan bisa disesuaikan dengan usia dan kemampuan si Kecil. Seperti kita mengaji dan menghafal ayat-ayat Al-Quran di depan anak. Sampai mengajak anak bermain dengan mentadaburi ayat-ayat Al-Quran.
Semua ortu pasti pingin anaknya jadi anak shalih.
BalasHapusTapi membentuk anak shalih itu gak semudah menyeduh kopi sachetan. Butuh proses yang panjang...
Salah satu kuncinya seperti artikel diatas: teladan orang tua.
Hai para ortu, mau jadikan anakmu anak shalih? Shalihkan dulu dirimu!
Salah satu bagian yang menjadi PR dalam membentuk karakter anak salah adalah memberi keteladanan. Jadi orang tua berarti harus juga terus belajar, salah satunya belajar ber-attitude baik agar menjadi role model yang baik pula untuk anak-anak
BalasHapus