Konten [Tampil]
Siapa yang tak ingin meniru gaya atau konsep mendidik anak ala Nabi Muhammad Shallallahu’alayhi wa Sallam. Satu-satunya suri tauladan terbaik sepanjang masa, dimana setiap ucapan dan tindakan beliau adalah kebenaran. Maka sudah sepatutnya kita menerapkan dan mengikuti sunnah, terutama dalam mendidik anak.
Di era digital yang semakin berkembang pesat saat ini, banyak sekali ditemukan berbagai metode atau pun konsep dalam mendidik anak. Baik dari Barat maupun yang sudah diadaptasikan di dalam negeri. Seperti gaya pendidikan Montessori, High Scope, Waldorf, Metode Sentra, Enlightening Parenting, Fitrah Based Education, dan masih banyak lainnya.
Namun, jika ditarik benang merahnya, semua konsep dan gaya pengasuhan yang ada akan mengarah pada cara mendidik ala Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam. Biar sekalian dapat pahala dan jadi amalan bagi para orang tua, lebih baik kita langsung menilik dan meniru bagaimana cara Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam dalam mendidik dan memperlakukan anak-anak.
Bersumber dari Al-Quran dan hadits, kita bisa mendapati berbagai kisah dan juga keteladanan dari Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam. Salah satu buku parenting yang membahas seputar cara Nabi dalam mendidik anak adalah buku "Propethic Parenting" yang ditulis oleh DR. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. Salah satu buku yang berbobot yang penuh ilmu tentang gaya pengasuhan yang seharusnya kita jalani.
Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam memerintahkan kedua orang tua untuk menjadi suri teladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur dalam berhubungan dengan anak. Ya, jujur adalah suatu hal yang terkesan simple tapi sangat sulit ditemui dewasa ini. Fitnah dan kebohongan, berita hoaks pun merajarela setiap harinya.
Peran orang tua sangat penting dalam menumbuhkan kejujuran dalam diri anak. Sayangnya masih seringkali tidak disadari oleh para orang tua, kebohongan-kebohongan kecil yang mungkjn tidak sengaja diucapkan kepada anak.
Sebagai contoh, saat anak meminta sesuatu kepada kita dengan mudahnya kita jawab “nanti ya” karena sedang sibuk mengerjakan sesuatu hal. Tapi setelah selesai, terkadang terlupa begitu saja dan kita tidak memenuhi permintaan anak yang telah tertunda tadi tanpa penjelasan apapun. Saat ingat pun, tak sedikit orang tua yang merasa bahwa “oh paling anak sudah lupa jadi tidak menagih lagi”.
Hmmm..itu salah besar! Anak-anak itu punya daya tangkap yang melebihi orang dewasa. Memang bukan maksud hati berbohong, tapi anak secara tidak langsung akan memahami bahwa orang tua mereka berbohong. Hingga suatu saat nanti, anak akan mudah mengatakan sesuatu hal yang mungkin tidak mereka lakukan.
Ingat ya, apa yang anak lihat dan rasakan akan lebih mengena daripada sekadar ucapan tanpa contoh nyata. Jadi, terus perbaiki diri dan perdalam ilmu agama sebagai pengingat terbaik untuk menjadi teladan yang baik untuk anak. Kedua orang tua dituntunt untuk mengerjakan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala dan sunnah Rasul dalam sikap dan perilaku selama itu memungkinkan.
METODE MENDIDIK ANAK ALA NABI
Melalui buku tersebut, penulis menyebutkan telah melakukan penelitian mendalam pada berbagai metode. Berbeda dengan metode yang ditempuh oleh sebagian orang. Dimana dalam menarik kesimpulan, bersumber dari berbagai sistem pendidikan Barat atau Timur terlebih dahulu, kemudian mencari legitimasi dalil syariatnya. Padahal seharusnya Al-Quran dan sunnah lah yang menjadi sumber utama seperti dalam buku ini. Kesimpulan diambil secara langsung dari hadits.
Dalam salah satu bab di buku ini, dikupas tuntas tentang bagaimana cara Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam dalam mendidik anak. Ada tujuh metode yang dijelaskan secara jelas beserta sumber hadits yang dijadikan acuan.
1. Menampilkan suri teladan yang baik
Sebagai orang tua pasti akan menjadi contoh langsung yang terdekat bagi anak-anaknya. Ucapan, perilaku, dan kebiasaan kita akan mudah sekali ditiru oleh anak. Oleh karena itu sebagai orang tua sudah selayaknya kita terus memperbaiki diri dan mengikuti sunah Rasul, agar kita bisa menjadi teladan yang pantas untuk anak-anak kita.Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam memerintahkan kedua orang tua untuk menjadi suri teladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur dalam berhubungan dengan anak. Ya, jujur adalah suatu hal yang terkesan simple tapi sangat sulit ditemui dewasa ini. Fitnah dan kebohongan, berita hoaks pun merajarela setiap harinya.
Peran orang tua sangat penting dalam menumbuhkan kejujuran dalam diri anak. Sayangnya masih seringkali tidak disadari oleh para orang tua, kebohongan-kebohongan kecil yang mungkjn tidak sengaja diucapkan kepada anak.
Sebagai contoh, saat anak meminta sesuatu kepada kita dengan mudahnya kita jawab “nanti ya” karena sedang sibuk mengerjakan sesuatu hal. Tapi setelah selesai, terkadang terlupa begitu saja dan kita tidak memenuhi permintaan anak yang telah tertunda tadi tanpa penjelasan apapun. Saat ingat pun, tak sedikit orang tua yang merasa bahwa “oh paling anak sudah lupa jadi tidak menagih lagi”.
Hmmm..itu salah besar! Anak-anak itu punya daya tangkap yang melebihi orang dewasa. Memang bukan maksud hati berbohong, tapi anak secara tidak langsung akan memahami bahwa orang tua mereka berbohong. Hingga suatu saat nanti, anak akan mudah mengatakan sesuatu hal yang mungkin tidak mereka lakukan.
Ingat ya, apa yang anak lihat dan rasakan akan lebih mengena daripada sekadar ucapan tanpa contoh nyata. Jadi, terus perbaiki diri dan perdalam ilmu agama sebagai pengingat terbaik untuk menjadi teladan yang baik untuk anak. Kedua orang tua dituntunt untuk mengerjakan perintah Allah Subhanahu wa ta’ala dan sunnah Rasul dalam sikap dan perilaku selama itu memungkinkan.
2. Mencari waktu yang tepat untuk memberi pengarahan
Memberikan pengarahan, nasehat dan juga masukan untuk anak tidak bisa asal-asalan kapan pun dan dimana pun. Ya masalah yang terkesan sepele, tapi sangat diperhatikan dengan teliti oleh Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam. Ada waktu khusus bagi orang tua dalam memberikan pengarahan atau nasehat ke anak. Baik dalam membangun pola pikir dan perilaku anak, serta menumbuhkan akhlak yang baik.Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam mengajarkan tiga waktu mendasar dalam memberi pengarahan kepada anak.
3. Bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’I dan Ibnu Hibbah:Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam bersabda, “Berlaku adillah kalian terhadap anak-anak kalian, berlaku adillah kalian terhadap anak-anak kalian, berlaku adillah kalian terhadap anak-anak kalian”.
Berlaku adil dan menyamakan pemberian untuk anak-anak mempunyai engaruh yang sangat besar dalam sikap bakti dan ketaan seorang anak. Lagi-lagi, masih sering orang tua tidak sadari seringkali memberikan kasih sayang yang lebih kepada salah satu anak.
Entah karena faktor anak pertama, anak lelaki atau perempuan satu-satunya. Tidak bisa dijadikan alasan untuk orang tua melebihkan kasih sayang atau pemberian khusus kepada salah satu anak. Bahkan hanya dalam hal mencium atau memeluk anak. Rasa tidak adil yang dirasakan oleh anak akan menimbulkan rasa dengsi dan iri, seperti halnya kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya.
4. Menunaikan hak anak
Memberikan hak anak dan menerima kebenaran darinya dapat menumbuhkan perasaan positif yang bisa memberikan pelajaran bahwa kehidupan ini adalah tentang memberi dan menerima. Selain itu juga memberi pelatihan kepada anak untuk tunduk pada kebenaran.Jangan meremehkan seorang anak meski dia masih kecil dan belum cukup umur. Setiap anak mempunyai hak untuk diakui dan dianggap. Banyak sekali kisah Nabi yang selalu memberikan kesempatan dan pengakuan kepada seseorang tanpa memandang umur, bahkan anak kecil sekalipun.
Salah satu hak anak yang tidak boleh kita lewatkan adalah doa. Orang tua dituntut untuk selalu konsiten memanjatkan doa dan kebaikan untuk anak-anaknya. Seperti kita ketahui, doa orang tua untuk anak-anaknya adalah mustajab dan akan dikabulkan oleh Allah. Bahkan sekadar ucapan yang sadar atau tidak kita sadari bisa menjadi doa untuk anak.
Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam mengutarakan perasaan kita kepada anak. Terutama saat sedang marah atau kesal karena tingkah laku anak. Jangan sampai keluar kata atau ucapan yang tidak baik, karena bisa saja ucapan itu menjadi doa dan benar terjadi kepada anak entah dalam waktu dekat atau di kemudian hari.
5. Membelikan anak mainan
Baca poin di atas pasti banyak yang tersenyum lebar karena merasa sudah sering menunaikannya. Tapi sudah yakin menunaikannya dengan baik? Jangan-jangan mainan yang diberikan ke anak hanya semata-mata untuk memenuhi permintaan anak agar menyibukkan diri sendiri tanpa mengganggu kita? Semoga tidak seperti itu ya, kalau masih belum yakin coba cek kembali kriteria membeli mainan untuk anak dibawah ini:6. Membantu anak untuk berbakti dan mengerjakan ketaatan
Bagaimana caranya? Dengan mempersiapkan segala macama sarana dan menciptakan suasana yang mendukung anak untuk berbakti kepada orang tua dan menaati perintah Allah. Rasul telah berdoa untuk segenap orang tua agar Allah menurunkan rahmat dan keridhaan-Nya dalam aktivitas membantu anak-anaknya.Dengan demikian, sebagai orang tua tetap harus berusaha karena tanggung jawab membantu anak untuk berbakti ada di pundak kita. Para orang tua juga memiliki kemampuan untuk menghilangkan sifat durhaka pada anak dengan cara memberi nasihat yang baik dan waktu yang tepat.
7. Tidak suka marah dan mencela
Hmmm… jujur ini yang paling sulit dan menguras kesabaran para orang tua. Banyak sekali alasan yang bisa disebutkan saat kita terlewat marah atau ngamuk kepada anak, bahkan sampai hati mencelanya.Rasulullah Shallallahu’alayhi wa Sallam saja tidak pernah mencela perilaku anak-anak sekalipun.
Terlalu sering mencela anak dapat menyebabkan si anak memandang remeh segala celaan dan perbuatan tercela. Ketika orang tua mencela seorang anak pada dasarnya dia sdang mencela dirinya sendiri. Karena bagaimana pun apa yang dilakukan anak tersebut adalah hasil didikannya.
wah, ada artikelnya juga ya mbak. kemarin aku llihat di feed instagramnya. jadi punya gambaran ya. aku tahu bukku itu mau baca butuh effort banget , eh diulas sedikit sama mbak ica disini. matur nuwun mbak
BalasHapuspoin terakhir bikin jleb! saat mencela orang lain sejatinya sedang mencela diri sendiri. ya Allah semoga lisan kita terjaga ya, banyak istigfar. keren ih aku jadi refleksi dan auto menengok mainan anak2 selama ini
BalasHapusBenar sekali ya, apa yang dijadikan metode pendidikan zaman sekarang baik ala Timur maupun Barat, intinya balik lagi ke cara mendidik ala Rasulullah. Aku jadi ingat punya Reading list buku ini lho. duh ya,,,kalau ga ikut challenge susah banget baca buku wkwk
BalasHapusMasya Allah ini buku tebal banget ratusan halaman, saya juga ada nihbukunya. hehe Maklum lagi demen dunia parenting khususnya fathering skill. Bahasan di dalamnya sangat runtut, pas sekali dengan kebutuhan zaman now.
BalasHapus