Konten [Tampil]
Anak usia dini memiliki otak bagaikan spons, yang dengan mudah menyerap informasi dan perlakuan yang diterimanya. Jadi sebelum mencoba mengendalikan mengelola emosi anak, pastikan Moms sendiri sudah mampu mengontrol emosi diri.
Meski terkadang masih khilaf terbawa emosi juga, namun bukan berarti jadi abai dan pasrah begitu saja ya Moms. Harus terus diusahakan untuk mampu mengontrol emosi (ngomong ke diri sendiri).
Karena pada dasarnya, mengelola emosi itu PR sepanjang hayat. Jadi tidak bisa diselesaikan dalam satu waktu. Setiap hari Moms akan menemui "ujian-ujian" yang tentu mengundang emosi apalagi saat membersamai anak. Jadi emang harus selalu mawas diri dan buru-buru gigit lidah sendiri kalau perlu. Agar mulut ini tidak sampai mengeluarkan perkataan buruk bahkan ringan tangan ke anak.
Sejak bayi lahir sebetulnya kita sudah dilatih untuk lebih sabar dan bisa lebih memahami kondisi anak. Untuk itu, pengelolaan emosi pada anak tidak bisa jadi dalam satu malam, tetapi melalui pembiasaan yang bisa dimulai sejak bayi.
Mendidik Emosi Anak sejak Bayi
Mengelola emosi pada anak sebenarnya bisa dimulai sejak anak lahir lho Moms. Mendidik emosi anak bisa dimulai dengan mencukupi kebutuhan emosinya sejak bayi. Emang bayi bisa emosi ya? Iya donk, menangis pada bayi adalah bentuk dari suatu perasaan atau juga emosi.
Emosi berupa tangisan pada bayi bisa disebabkan oleh banyak hal. Tidak hanya tangisan karena lapar dan keinginannya untuk meminum ASI. Tapi ada faktor-faktor lain seperti rasa tidak nyaman karena mengompol atau buang air besar, merasa bosan, merasa kesepian, ingin didekap, atau bahkan karena sakit.
Jadi sangat penting buat Moms mengetahui dan bisa peka dengan emosi yang dirasakan anak. Caranya adalah dengan mindfulness saat membersamai si Kecil. Urusan domestik yang menanti tidak perlu dirisaukan. Karena bayi bisa merasakan kecemasan kita yang justru membuat bayi ikut cemas dan terus menangis.
Agar lebih mudah untuk mengenali tangisan bayi, aku akan spill dikit clue untuk mengenali tangisan pada bayi. Berikut tanda-tanda tangisan pada bayi agar tepat dalam memberikan penanganan emosi pada bayi.
Bayi merasa kesakitan
Tangisan bayi terdengar nyaring, hampir seperti jeritan, kemudian seperti mengambil nafas, lalu menjerit lagi. Jika tidak nyaman karena merasa sakit, biasanya tubuh bayi cenderung lemas.
Bayi ingin ditemani
Bayi menangis pilu, tidak nyaring, seolah merasa sedih bukan marah. Tangan dan kaki bayi juga tidak begitu banyak bergerak. Biasanya bayi merasa kesepian dan tidak minta ditemani oleh ibunya.
Bayi merasa lapar
Biasanya tangisan berulang-ulang dan nyaring. Tangisan bayi berhenti sejenak untuk nafas lalu menangis lagi dan diulang-ulang. Selain itu tangan dan kaki bergerak dengan penuh kekalutan.
Bayi merasa tidak nyaman
Biasanya bayi akan menangis saat popoknya basah, baik karena bayi buang air kecil atau pun besar karena merasa tidak nyaman. Ini juga menjadi salah satu fitrah anak dimana tidak suka najis. Tangisan bayi saat merasa tidak nyaman awalnya pelan dan perlahan semakin keras. Menggunakan popok kain bisa membuat Moms lebih menjaga fitrah anak untuk menjadi orang yang menjaga kebersihan dirinya.
Bayi merasa bosan dan ingin diperhatikan
Saat bayi bosan, terdengar seperti teriakan bukan jeritan. Bayi akan menggerakkan badan tiba-tiba saat melihat Moms. Biasanya bayi cenderung bergerak lebih lambat.
Bayi merasa kelelahan
Bayi akan merengek penuh kesakitan dan mungkin tertidur tidak lama setelahnya. Namun bayi akan terbangun dengan terkejut dan akan menggosok-gosokkan mata dengan tangan atau menarik telinganya.
Bayi yang Moms rawat kian hari makin bertumbuh besar tanpa Moms sadari. Yang awalnya begitu lucu menggemaskan dengan segala tingkah lucunya. Kemudian setelah 2 tahun, anak sudah merasa jadi individu yang utuh sehingga merasa punya kewenangan atas dirinya sendiri.
Saat anak memasuki masa threenager adalah masa-masa penuh menguji kesabaran bagi seorang Ibu. Dimana biasanya anak begitu manis dan menurut. Tiba-tiba berubah menjadi super aktif dan merasa dirinya paling benar. Tentu Moms merasa kaget dan mudah terpancing emosi dengan sikap anak yang menjadi lebih cranky dan terasa seperti "sulit diatur".
Padahal itu memang sudah menjadi fitrah anak untuk melalui masa-masa demikian. Pun menjadi "ujian baru" bagi Moms untuk semakin memperbanyak tangki kesabaran untuk si Kecil agar menjadi contoh yang baik ke anak untuk mengelola emosi.
Cara pengendalian emosi diri
Orang tua adalah figur atau contoh terdekat dan paling nyata bagi anak-anaknya.
Children see, children do.
Sebanyak apapun perkataan atau nasihat Moms ke anak, jika tidak dibarengi dengan contoh nyata makan anak akan sulit mengikutinya. Jadi, alih-alih lelah sendiri mengomeli anak, lebih baik mulai dengan membenahi sikap agar bisa menjadi contoh yang baik untuk anak.
Sudah menjadi kewajiban bagi orang tua, untuk terus meng-upgrade diri dengan menambah ilmu, termasuk dalam mengelola emosi. Setelah ilmu dipelajari, baiknya langsung eksekusi. Hujamkan dalam jiwa biar bisa terus mengontrol emosi diri terutama dalam membersamai anak.
Sebagai wanita dengan banyak peran, seorang Ibu sekaligus blogger dimana tidak hanya pekerjaan domestik saja yang menanti. Pasti sering merasa kelelahan dan jika dibiarkan tanpa mengambil rehat sejenak. Maka akan lebih mudah untuk marah dan meluapkan emosi pada hal-hal sepele
Untuk pengingat pribadi dan semoga bisa memberikan insight untuk Moms sekalian. Berikut ada sedikit alarm atau reminder untuk kita mampu menahan emosi.
1. Kendalikan amarah untuk mendapat ridha Allah
Ada satu ayat dalam Al-Quran yang bisa Moms jadikan pengingat di kala menjalani hari-hari saat membersamai anak. Dalam QS. Al Imran:134 dijelaskan,
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Mengendalikan amarah ketika mendapati perlakuan yang tidak semestinya, serta memilih untuk memaafkan adalah satu sikap yang mendapat balasan surga di akhirat kelak.
Hmmm..suatu reward yang diimpikan setiap insan di dunia bukan? Oleh karena itu, yuks semangat menahan amarah dan berlaku sabar dalam menghadapi anak-anak kita.
2. Saat emosi menyerang segera ambil tindakan untuk mengerem ledakan emosi
Jika kita dalam keadaan sadar bahwa pentingnya mengontrol emosi seperti dijelaskan di atas, maka akan lebih mudah untuk kita mengerem emosi yang bergejolak di hati.
Nah agar emosi yang berkecambuk di hati bisa mereda dan tidak terluapkan begitu saja. Moms bisa lakukan cara-cara yang telah Rasulullah ajarkan:
- Ucapkan taawudz dengan ikhlas sambil tarik nafas panjang dan hembuskan pelan-pelan
- Memilih untuk lebih baik diam daripada berkata yang tidak baik
- Mengambil posisi lebih rendah dengan cara duduk atau tidur
- Jika dirasa masih belum padam, segera berwudhu atau mandi
3. Jika khilaf terbawa emosi, segera lakukan
- Beristighfar
- Memeluk dan meminta maaf ke anak
- Minta waktu sejenak ke anak untuk menenangkan pikiran atau istirahat agar tidak mudah terpancing emosi lagi
4. Saat anak tantrum atasi dengan tenang dan sabar
- Segera hentikan aktifitas Moms dan dekati anak
- Tunjukan bahwa Moms peduli dengan memeluk atau mengelus kepala anak
- Tunggu tangisan anak mereda, kemudian ajak anak mengobrol dengan mata yang sejajar
- Jika anak sudah tenang, sampaikan bahwa Moms menyanyanginya dan berikan penjelasan apa yang membuat anak tantrum dan bagaimana seharusnya agar anak tidak tantrum lagi
Mengajarkan si Kecil mengenal emosi dan cara mengatasinya
Menangis adalah salah satu bentuk anak untjm menyampaikan perasaannya. Anak yang belum mengerti bagaimana mengungkapkan perasaannya dengan baik, maka menangis menjadi jalan keluarnya. Untuk itu Moms bisa pahamkan si Kecil bahwa emosi adalah hal yang natural dan juga normal.
1. Ajak anak untuk mengenal dan mengidentifikasi emosi
Jelaskan ke anak macam-macam bentuk emosi bukan hanya marah. Tetapi juga perasaan senang, sedih, takut, malu, terkejut, dan lain sebagainya.
Moms bisa ajarkan melalui permainan yang menyenangkan seperti bermain kartu ekspresi, melalui buku cerita bergambar yang bisa kita sebutkan ekspresi dari tiap karakter dalam buku. Bahkan Moms bisa membuat DIY permainan yang simple seperti dibawah ini.
Terapi dongeng saat menjelang anak tidur pun bisa dilakukan untuk memberikan insight positif yang ingin Moms ajarkan ke anak. Dengan membaca nyaring buku yang memberikan hikmah kebaikan, anak akan lebih mudah memahami bahkan meniru karakter dalam cerita tersebut. Lakukan berulang-ulang secara rutin selama minimal 3 pekan agar hal tersebut bisa masuk dalam alam bawah sadar anak dna menjadi suatu kebiasaan.
2. Terima perasaan anak saat anak merasa emosi
Saat anak merasa emosi, terima dan validasi perasaannya. Seperti saat anak takut mencoba sesuatu, jangan paksa anak untuk tidak takut dengan menyebutkan hal-hal yang justru membuatnya tidak nyaman.
Daripada berkata " Ah kakak, masa begini aja takut, kan jagoan".
Lebih baik berkata "ooh kakak merasa takut ya? Its okay, kita coba pelan-pelan yaa".
3. Ajarkan bagaimana cara yang aman untuk mengalirkan emosi
Buat kesepakatan bersama si Kecil tentang bagaimana menyalurkan emosinya dengan cara yang aman. Agar anak tidak perlu tantrum saat merasa kesal tidak mendapat yang diinginkan. Moms harus bisa mengenali apakah anak sedang emosi atau hanya strategi untuk mendapatkan hal yang dia inginkan.
Jika anak sudah memahami konsep emosi, Moms bisa berikan pilihan ke anak untuk melakukan hal-hal yang lebih aman. Saeperti meremas kertas, memeluk guling di kamar, coret-coret di kertas yang sudah Moms siapkan.
4. Apresiasi anak yang berhasil mengendalikan emosi
Saat anak terlihat kesal namun tidak tantrum, berikan apresiasi ke anak dengan menyebutkan tindakan baiknya tersebut. Berikan pujian dan pelukan hangat sambil berkata bahwa Moms bangga dengan sikapnya yang mampu mengendalikan emosi dengan cara yang tepat.
Nah jika cara-cara di atas bisa Moms lakukan secara konsisten, maka lama kelamaan anak akan terbiasa dan tidak tantrum lagi. Dengan cara yang demikian anak pun tidak mengalami trauma atau bahkan meninggalkan innerchild.
Semoga kita semua diberi kemudahan daan kelancaran untuk menerapkan cara mengendalikan emosi anak agar kita bisa menjadi orang tua ya baik untuk anak-anak kita. Memang benar tak orang tua yang sempurna, paling tidak jangan menjadi orang tua yang meninggalkan luka ke anak-anak kit
Tantrum menjadi momok bagi setiap orang tua, karena mereka hanya berpikir tentang diri mereka. Kalau orang tua mau menyelami alam anak-anak, maka akan bisa memposisikan diri dan mengatasi tantrum dengan baik, Termasuk banyak belajar
BalasHapusMendidik anak dg emosi ini pasti bakal menuai masalah baru yang mungkin awalnya enggak dirasa. Lama² anak juga meniru ya mbak. Maka dari itu penting bgt memang, mengendalikan emosi ortu dulu baru anak kemudian
BalasHapusMbaaak ini artikel yang penuh insight! Aku bookmark ya! Harus sering aku ulang2 bacanya buat mengurangi khilaf 😅
BalasHapusSetuju banget sebelum mengendalikan emosi anak, sebaiknya kita mengendalikan emosi kita dulu. Punya anak 3 yang masih butuh perhatian rasa-rasanya aku butuh baca ini berkali-kali agar selalu disadarkan.
BalasHapusBiar nggak gampang emosi ya. Kadang sudah tahu ilmunya masih saja emosi tingkat tinggi haha. Tapi abis marah-marah baru minta maaf gitu terus wkwk. Jadi ibu emang harus selalu belajar ya, belajar mengendalikan emosi yang utama.