Merancang kurikulum anak usia dini tak
serumit yang dibayangkan lho Moms. Kurikulum belajar anak di rumah tidak perlu
sedetail kurikulum pendidikan formal. Belajarnya pun dilakukan dengan cara
bermain yang menyenangkan. Tentunya disesuaikan dengan usia, minat, dan juga
tingkat kemampuan si Kecil.
Sejak bayi lahir, Moms sudah bisa melakukan
beberapa stimulasi untuk melatih kemampuannya. Namun harus dilakukan dengan
sangat hati-hati, agar tidak terjadi over stimulus ke anak. Jika anak terlalu
banyak distimulasi, maka anak akan mengalami kebingungan serta kewalahan atas
apa-apa yang diterimanya.
Sebagai orang tua, pasti kita ingin mengoptimalkan periode emas anak. Dengan memberikan stimulasi-stimulasi yang tepat untuk membantu tumbuh kembang si Kecil semakin optimal. Setelah memasuki usia 2 tahun, anak sudah makin
cakap dalam berbicara dan rasa ingin tahunya pun semakin tinggi. Menjadi waktu
yang pas untuk Moms memberikan berbagai kegiatan bermain yang seru tapi juga
syarat akan makna.
Melalui permainan itulah Moms bisa mengajarkan
banyak hal ke anak. Selain itu juga bisa sekaligus melatih berbagai kemampuan
anak, seperti latihan dasar menulis atau prereading.
Dalam menyajikan permainan-permainan itulah, Moms bisa susun menjadi suatu kurikulum agar waktu membersamai anak menjadi lebih terarah. Dengan merancang suatu kurikulum bermain untuk anak usia dini, Moms jadi
lebih mudah untuk mengetahui apa minat dan bakat si Kecil.
Jadi akan semakin mudah untuk Moms untuk
mengasah dan mengoptimalkan kemampuan anak, dan anak pun lebih enjoy dan menikmati apa yang Moms ajarkan
padanya.
Pertimbangan dalam Merancang Kurikulum Anak Usia Dini
Dalam memberikan aktifitas bermain bermakna untuk si Kecil, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan agar dalam penyusunan kurikulum anak akan lebih tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak.
1. Mengacu pada STPPA (Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak)
Pasti Moms semua sudah tau kan tentang STPPA? Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak ini bisa menjadi acuan Moms untuk merancang kurikulum untuk anak. Didalamnya ada berbagai milestone yang akan dialami oleh anak. Nah tugas Moms nih untuk membantu anak mencapai milestone tersebut, melalui stimulasi kegiatan yang menyenangkan.
2. Sesuaikan dengan minat dan kemampuan anak
Dari STPPA di atas, yang bisa Moms jadikan pertimbangan selanjutnya adalah minat dan tingkat kemampuan anak itu sendiri. Moms bisa observasi dari keseharian si Kecil untuk mengetahui apa minat dan hal yang disukai anak pada saat itu. Sebelumnya aku sudah tulis lengkap tentang bagaimana
Mengenali dan Mengoptimalkan Bakat Anak.
3. Menggunakan bahan ajar yang menyenangkan
Hal penting berikutnya adalah media yang digunakan dalam memberikan stimulasi ke anak. Dengan memberikan permainan yang menyenangkan yang sesuai dengan minat anak di atas maka anak akan tertarik dan lebih enjoy saat belajar dengan Moms. Bahkan anak tidak akan menyadari bahwa ternyata dirinya sedang belajar.
Dengan menggunakan mainan
ready to use seperti balok-balok kayu, lego ukuran besar, dan sejenisnya. Atau pun membuat DIY mainan dari bahan dan alat yang ada di rumah. Bahkan yang paling simple, hanya bermodalkan buku baca anak dengan cara
bookish play. Moms bisa mengajarkan banyak hal sekaligus melatih kemampuan si Kecil.
4. Waktu pelaksanaan yang fleksible
Lebih baik sebentar tapi rutin setiap hari, daripada Moms langsung memberikan stimulasi berjam-jam dalam satu waktu. Karena anak-anak balita itu rentang fokusnya hanya hitungan menit ya Moms. Jadi sangat mudah bosan dan ingin bergerak kesana-kemari. Jadi jangan paksakan anak untuk bisa duduk diam selama lebih dari 15 menit, karena justru membuat anak tidak nyaman dan cranky.
5. Fokus pada proses, bukan hasil
Dalam memberikan stimulasi-stimulasi kepada anak, pasti dalam prosesnya tidak
akan semulus apa yang kita bayangkan. Oleh karena itu, untuk permulaan jangan
memasang ekspektasi tinggi pada anak untuk langsung bisa atau mengikuti arahan
kita.
Jadi biarkan anak mempelajari dan dan terbiasa terlebih dahulu dengan
konsep bermain yang terstruktur. Lalu, kunci utamanya ada pada Moms sendiri
yaa. Harus ada niat besar serta konsistensi dalam menjalankan aktifitas bermain
bermakna bersama si Kecil di rumah.
6. Lakukan evaluasi
Setelah berbagai percobaan yang dilakukan secara rutin, pasti Moms akan mengetahui dimana kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri anak. Lakukan pencatatan singkat sebagai evaluasi agar lebih mudah dalam menyusun materi atau
ide bermain untuk anak selanjutnya.
Jadi, kurikulum anak usia dini ini dirancang berdasarkan personal anak ya Moms dengan target atau goals yang sesuai dengan STPPA. Bukan serta merta mengikuti keinginan dan harapan pribadi orang tua kepada anak.
Bidang ajar dalam Merancang Kurikulum Anak Usia Dini
Nah berikutnya, materi atau hal apa saja sih yang perlu diajarkan ke anak? Pada dasarnya tidak ada patokan khusus ya Moms. Tergantung value dan goals dari masing-masing keluarga. Setidaknya ada beberapa hal penting yang bisa diajarkan ke anak sejak usia dini.
Akidah
Hal dasar yang paling utama untuk diajarkan ke anak adalah mengenai siapa Tuhannya dan bagaimana agamanya. Moms bisa ajarkan dari hal yang paling dasar dengan cara yang sederhana seperti melalui baca buku, storry telling, dan juga tanya jawab.
Fisik
Kemampuan fisik anak mulai dari motorik kasar maupun motorik halus. Kegiatan sensory play bisa diberikan untuk melatik motorik halus si Kecil. Sedangkan untuk motorik kasarnya, Moms bisa mengajak anak untuk berolahraga atau aktifitas di luar rumah untuk melatih fisik si Kecil. Seperti bermain bola, bersepeda, dan melompat. Bermain di alam terbuka punya banyak manfaat lain untuk perkembangan anak lho Moms.
Intelektual
Kemampuan intelektual atau akademis yang biasanya menjadi concern para orang tua. Tentu bukanlah hal yang salah, tapi tetap bukan yang utama. Meski demikian, Moms perlu memasukkan hal ini dalam menyusun kurikulum untuk anak.
Kemampuan berbahasa yang baik, berlatih matematika dasar, dan
bermain sains dengan eksperimen yang menyenangkan. Bisa Moms berikan ke anak sejak usia dini.
Seni
Bermain bebas bisa juga dilakukan untuk melatih kemampuan seni anak. Biarkan anak bebas berimajinasi saat melakukan aktifitas seni apapun. Mulai dari
seni gambar dengan membuat
doodle, melukis dengan menggunakan
wiper, atau menari dengan bebas.
Meski hasilnya jauh dari sempurna, tapi anak merasa dihargai jika Moms memberinya kesempatan bereksplorasi. Dengan begitu anak akan lebih kreatif dan juga percaya diri dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Kesimpulan
Kurikulum pendidikan untuk anak usia dini, bukanlah rancangan yang berisi pedoman baku seperti di instansi pendidikan formal. Merancang kurikulum anak usia dini harus menyesuaikan kondisi masing-masing anak. Dalam penerapannya pun pasti mengalami tantangan dimana banyak hal yang tidak berjalan seperti yang Moms harapkan. Tapi intinya dalam memberikan pengajaran ke anak usia dini adalah mengenai proses belajar itu sendiri. Agar anak merasa belajar itu menyenangkan dan seru, sehingga anak akan terus memiliki semangat belajar hingga dewasa nanti.
Kuncinya harus sesuai umur perkembangan anak. Jangan sampai ada target tertentu ya... Karena anak usia dini sebenarnya dunianya dunia bermain.
BalasHapus